WELCOME TO "O-REZ" BLOG

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam Budaya!!!

Wellcome to my blog !
Selamat datang teman-teman pecinta budaya ... Blog ini O-Rez buat untuk memberi sedikit bantuan kepada teman-teman yang sedang membutuhkan naskah-naskah teater, cerpen, maupun monolog. Tak perlu panjang lebar, silahkan nikmati naskah-naskahnya !!!
Semoga berguna !!!

Keep Smiling From O-Rez :)

Label

Kamis, 11 Oktober 2012

BANGSAT


BANGSAT
Karya: Andy Sahluddin

Susunan Tokoh:
  1. Penulis
  2. Ketua
  3. Nganga
  4. Peot
  5. Pincang
  6. Juru Kunci
  7. Mayat
  8. Lain-lain yang dirasa perlu

BAGIAN I
LAMPU NYALA

SEBUAH BENDA HITAM MELAYANG-LAYANG, MENGAPUNG, MENGANGA DENGAN WUJUD YANG MENGERIKAN, SIAP MENERKAM BUMI, MEMAKAN DUNIA, DI PANGGUNG TERDAPAT SEBUAH KUBURAN KERAMAT.
PENULIS BUKU MASUK.

PENULIS BUKU                   :  Kali ini mungkin kita tidak akan selamat. Tapi bisa juga kita masih bisa selamat. Kita setiap saat bisa menjadi korban! Bagaimana tidak ? kita terbungkus bersama hari hari yang sangat kritis. Banyak kawan-kawan kita yang berubah menjadi orang dungu juga toolool. Ya, tolol ada juga yang berubah menjadi ganas lalu menghisap darah saudaranya sendiri.
                                                   (MELIHAT BENDA HITAM YANG MENGAPUNG DI UDARA HINGGA MENJADI PANIK).
                                                   Lihat… benda itu semakin liar, lapar dan sementara masih belum punya jalan keluarnya, karena takut dirugikan, masih bergulat pada permasalahan yang sama da…n ahhhhk ngantuk.
PETIR MENGGELEGAR KILAT SAMBAR MENYAMBAR, PERTANDA HAL YANG TIDAK BAIK AKAN TERJADI. KUBURAN KERAMAT MENYALA DAN MENGELUARKAN ASAP KEMUDIAN KEMBALI LAGI SEPERTI SEMULA.
PEOT, PINCANG, NGANGA DAN KETUA, MASUK DENGAN MENGENDAP-ENDAP DI KEGELAPAN, PERSIS SEPERTI MALING YANG TAKUT TERLIHAT PETUGAS.
KETUA                                   :  Stt.. stt… jangan sampai dilihat orang. Jangan sampai terdengar orang.
PEOT                                      :  Apakah ketua yakin kalau ini jalan yang benar?
KETUA                                   :  Jangan ribut…. Stt… stt…
NGANGA                               :  Ini proyek rastung. Rahasia sekaligus menguntungkan. Seharusnya sih kita Cuma mengkoordinir saja. Yang melaksanakannya kan rakyat, tapi karena rakyat belum mampu terpaksa kita sendiri yang  mengerjaka sambil memberi pelajaran dan menikmati hasilnya… mumpung ada… (TERTAWA).
KETUA                                   :  Stt… stt… jangan ribut… jangan ribut…
PINCANG                              :  Pak… pak, apa ini sudah dipikirkan masak-masak. Semacam direnungkan.
KETUA                                   :  Sudah,… ini sudah keputusan rapat yang dipimpin langsung oleh batin… panggilan dunia… mana cangkulnya…? (PINCANG MEMBERIKAN CANGKUL PADA KETUA) Nganga sini… (MEMBERIKAN CANGKUL PADA NGANGA) Itu kuburannya (MENUNJUK KUBURAN KERAMAT) kita kesana dan menggalinya… cepat kita diburu waktu… (SEMUANYA BERJALAN KE KUBURAN) Ayo.. Cepat gali.
NGANGA                               : Untuk apa pak…?
KETUA                                   :  Tambuk! Ya jelas untuk menyelamatkan negara.
PINCANG                              :  Tapi ini kuburan pahlawan pak, kita tidak boleh mengganggunya…!
KETUA                                   :  Makanya… karena kepahlawanannya itulah dia kita bangunkan, apa harus kuburannya perampok yang kita bongkar atau kuburannya penjahat, koruptor. (MELIHAT KE ATAS) addduhhh… lihat benda itu sudah semakin dekat… ayyoo.. kita tak punya banyak waktu lagi, ini adalah soal moral keyakinan dan proyek akhirat. Cepat ayoo gali… jangan banyak cingcong lagi…gali.
PINCANG MENGGALI KUBURAN DENGAN DIBANTU SI NGANGA, KETUA DAN PEOT BERJAGA-JAGA. PETIR MENGGELEGAR SUARA-SUARA MISTERIUS MENGGEMA DI MANA-MANA.
PEOT                                      :  (KETAKUTAN) Mudah-mudahan ini berhasil, mudah-mudahan akan ada hasil.
                                                   (MENYANYI) Kuburannya dalam ya pak.
NGANGA                               :  Sudah jangan ribut… duduk saja… menghayal, melamun, itu si Munah paling asyik dibayangkan…
PEOT                                      :  Alaah.. sok tahu kamu.
KETUA                                   :  Suadah nanti ada yang mendengar…!

PENJAGA MAKAM (JURU KUNCI) MASUK, MEMBAWA SENTAR, MENYOROT ORANG

JURU KUNCI                        :  Siapa itu? Malam-malam di kuburan, cari nomor yaa? Siapa itu ayo tampakkan wajah kalian! Biar aku melihat , kambing atau macan? Ayo jangan takut, ini jaman baru. Ayo, aku tidak akan marah meskipun kalian sudah melanggar peraturan di pemakaman di sini… ayo keluarlah… jangan takut.

PEOT, PINCANG, NGANGA DAN KETUA AKHIRNYA MAU MENAMPAKKAN DIRI
KETUA                                   :  Keadaannya tidak memungkinkan untuk berkelahi!
JURU KUNCI                        :  Aduh-aduh kenapa kalian cari buntut di sini. Dosanya besar sekali… ini makam pahlawan, sana di Karang Kuwaci, di situ cocok untuk nyari buntut… setannya cantik-cantik.
NGANGA                               :  Enak saja, ee pak kami ini mau menyelamatkan negara…!
JURU KUNCI                        :  Menyelamatkan atau memberatkan.. ayo.
KETUA                                   :  Anak-anak tenang, dia hanya belum tahu saja. Pak …sini, … nah tuh lihat asyik kan?
JURU KUNCI                        :  Ya kobra si buaya, apa itu, ngeri sekali seperti… seperti…
PINCANG                              :  Seperti burungmu…
JURU KUNCI                        :  Kelihatannya dia mau memakan kita.. adduuhh bahaya… bahaya… cepat kita harus bersembunyi… nahaya… ayo cari tempat persembunyian.
KETUA                                   :  Tenang pak tenang (NGANGA MENENANGKAN) kita tidak akan bisa lari, sekalipun kita bersembunyi di dalam pantat kita sendiri… ini sudah garis nasib, kita harus menghadapinya.
JURU KUNCI                        :  Dengan apa? Dengan siapa?
PEOT                                      :  Dengan dia! (MENUNJUK KUBURAN)
JURU KUNCI                        :  Dia..? bagaimana mungkin,  apa kalian sudah sinting, dia itu sudah mati berpuluh-puluh tahun yang lalu, apa otak kalian sudah tak waras lagi…?
NGANGA                               :  Kami bisa membangunkan dia dari tidur panjangnya.
JURU KUNCI                        :  Tidak mungkin…
PEOT                                      :  Ada bacaannya,… ada manteranya lho pak..
JURU KUNCI                        :  Ada bacaannya..?
NGANGA                               :  Ketua tahu bacaannya pak…?
KETUA                                   :  Ya… saya tahu tapi mayatnya harus kita keluarkan terlebih dahulu. Ayo sekarang kita tak punya waktu lagi… ayo kita gali lagi…
JURU KUNCI                        :  (BERBICARA KEPADA MAKAM) Maafkan saya tuan, saya tidak mampu menjaga tuan, malah memanfaatkan tuan… tapi kita tidak punya pilihan lagi, hanya tuan yang mampu menolong kami sekali lagi maafkan saya?!?!
NGANGA                               :  Ketua, petinya sudah kelihatan…
KETUA                                   :  Terus gali… benda itu sudah semakin dekat.
PINCANG                              : Ketua, petinya sudah siap diangkat.
KETUA                                   :  Ayo kita angkat bersama-sama.

SEMUA BEKERJA SAMA MENGANGKAT PETI, BERAT SEKALI, NGANGA TAKUT
KETUA                                   :  Terus… terus sedikit lagi… di sini.
                                                   (SEMUA MENURUNKAN PETI KERAMAT DENGAN HATI-HATI) Tuan kita ini… nah sekarang kita bangunkan. (KEPADA PEOT) mana…
PEOT                                      :  (MEMBERIKAN SEBUAH BUKU PADA KETUA) Ini pak… hati-hati
KETUA                                   :  (MEMERIKSA DENGAN TELITI) HALAMAN 32.  Hm….begitu ya.

GURU MELAKUKAN GERAKAN ANEH, BERPUTAR HINGGA DUDUK LALU MEMEJAMKAN MATA, MULUTNYA KOMAT-KAMIT MEMBACA MANTERA, PETIR MENGGELEGAR, KILAT SAMBAR MENYAMBAR, CAHAYA MENJADI MERAH, SUARA-SURA MISTERIUS MUNCUL LAGI, SEMUANYA KETAKUTAN KECUALI SANG KETUA YAMG KHUSUK BERTAPA, MENDADAK PINTU PETI MATI KERAMAT KELUAR, PENUH ASAP, DAN SANG MAYAT TELAH BANGKIT DENGAN PERLAHAN SEKALI, DIA MEMANDANG SEKITARNYA DAN DIAM TAK BERGERAK LALU KEADAAN MEREDA, KEMBALI TENANG, TERDENGAR BUNYI GONG, HINGGA SEMUANYA TELAH MEMBEKU SEPERTI TERLEPAS DARI WAKTU, SEMUANYA MENJADI PATUNG.

PENULIS                               :  Lihatlah (BERBICARA KEPADA PENONTON)
                                                   Kebodohan telah diperlihatkan oleh mereka semua. Mereka telah kehabisan akal hingga mencoba menipu alam. Tapi akhirnya berhasil juga, namun  saya yakin kalau ini tidak akan berhasil, alias membuang-buang waktu, buang-buang air liur dan keringat… wwwhhuuuuaaahhh… nagnnntukkk.

GONG BERBUNYI, LALU SEMUA KEMBALI MENCAIR, KEMBALI MENJADI SEPERTI BIASA.
NGANGA                               :  (KETAKUTAN MELIHAT MAYAT) Hantu… hantu… ada hantu (MEMELUK PEOT)
PEOT                                      :  Tenang… tenang… ada bacaannya… ingat ada bacaannya.
NGANGA                               :  Iya,.. iya.. ada bacaannya, jangan takut… oke.
KETUA                                   :  (SADAR DARI PERTAPAANNYA) Ohh tuanku, tuanku akhirnya hidup kembali… bangkit kembali, bangun lagi dari tidur yang panjang, kami perlu bantuan tuanku.
NGANGA                               :  Iya .. ayo mandi.
PINCANG                              :  (MEMBUNGKAM MULUT NGANGA) Hush… diam, kalau sampai terdengar bisa kita yang dibikin tidur.
KETUA                                   :  Tuanku keadaan semakin gawat, semakin kritis, semakin darurat.. tuanku harus segera menolong kami.
MAYAT                                  :  Tahun berapa ini?
PEOT                                      :  1999.
MAYAT                                  :  Sudah lama sekali. Dan ada apa kalian semua membangunkanku.
KETUA                                   :  Tuanku…  tuanku harus segera menolong kami.
MAYAT                                  :  Untuk apa…?
KETUA                                   :  Untuk umat, bangsa dan negara, tuanku.
MAYAT                                  :  Membangunkanku adalah hal yang menyalahi aturan alam, menantang alam, mengajaknya berkelahi. Kenapa kalian berani melakukannya.
KETUA                                   :  Kami terpaksa… pasrah tapi masih ada harapan. Meskipun sulit tapi tetap kami tempuh karena hanya ini jalan keluarnya, tuanku.
MAYAT                                  :  Apanya yang gawat?
NGANGA                               :  Itu tuanku… lihat semakin dekat sekali.
MAYAT                                  :  Aku juga melihatnya di jamanku.
NGANGA                               :  Betul, tuanku.
MAYAT                                  :  Ketika itu, kawanku, musuhku, semuanya hanya mengharapkanku, semua pintar-pintar tapi masih bodoh, hingga benda itu muncul dan siap melahap kami semua, tapi aku segera menyelematkan sebelum semua terjadi, dan semua kembali aman serta biasa-biasa saja, tapi memang nasib, air setrup di balas dengan air comberan… (MENANGIS) ada sapu tangan dan rokok?
KETUA                                   :  Ada, ada tuanku.
                                                   Kasih beliau sapu tangan dan rokok?
MAYAT                                  :  Terima kasih…
                                                   Nah sekarang apa lagi (MENGISAP ROKOK) ada korek..?
                                                   Nah sekarang bicaralah dengan tenang karena aku sudah ada di depanmu.
KETUA                                   :  Benda itu tuanku…
                                                   Benda itu akan memakan kita…!
                                                   Benda itu akan mengunyah generasimu! Hanya tuanku yang bisa menolong.
MAYAT                                  :  Kenapa harus aku…? Ini adalah jaman kalian… bukan jamanku. Ini adalah tanggung jawab kalian, aku adalah sebuah rongsokan tua yang terkubur berpuluh-puluh tahun yang lalu, aku hanya sebuah simbol, hanya sebuah simbol… tidak bisa apa-apa.
NGANGA                               :  tuan lihat… lihat, benda itu hampir sampai.
MAYAT                                  :  Itu hanya halusinasi kalian saja.
PEOT                                      :  Halusinasi…?
MAYAT                                  :  Selama masih ada saja sesuatu yang bernama penghianatan, benda itu akan selalu ada.
KETUA                                   :  Tapi kenapa bisa begitu tuanku…?
MAYAT                                  :  Dia tercipta diantara sebuah ketakutan dan keberanian. Dia persis terletak di tengah-tengahnya, apabila kita tidak mampu mengendalikannya, dia akan berubah dengan sangat cepat, menjadi nyata, lalu siap memangsa kita semua.
PINCANG                              :  Saya masih belum mengerti tuan.
MAYAT                                  :  Kalian semua takut dengan kebaikan tapi berani dengan sebuah kejahatan, kira-kira demikian maksudku. Persis dengan yang terjadi di jamanku, semua berani dengan sebuah keasingan dan berani dengan hal yang bernama kewajaran. Belum berubah, tetap sama. Sebagian diantara jaman kalian, hanyalah berani menakut-nakuti seorang anak kecil. Itu harus dirubah dan tidak boleh terjadi lagi, kalian semua harus takut pada malu. Lihatlah benda itu. Putra-putra pilihan ibu pertiwi. Itulah lawanmu sekarang, beranilah pada kematian.
KETUA                                   :  Caranya tuanku… caranya…?
MAYAT                                  :  Bangsaku, bangsamu, bangsa kita semua yang ada di sini, tidak akan pernah ada, kalau tidak ada sesuatu yang bernama persatuan, aku sendiri tidak tahu persis bagaimana persatuan itu terbentuk, namun dia muncul dari dari kesadaran yang mendalam terhadap negara kita ini. Tidak dapat dipungkiri, kalau persatuan itulah kapal yang membawa kita berlayar menuju pulau harapan, selama ini.
KETUA                                   :  Hanya itu?
MAYAT                                  :  Hanya itu.!
                                                   Dan ingatlah, bila sesuatu yang bernama persatuan itu, sudah kalian temukan, benda itu akan segera menghilang dari pandangan kalian, dia sangat takut pada sesuatu yang bernama persatuan itu. Karena di dalam persatuan itu terdapat keberanian dan kerelaan. Namun kalau dia sampai retak dan terpisah, kalian semua akan menerima kehancuran.
NGANGA                               : Tuanku.. bagaimana dengan perempuan, bagaimana tuanku?
MAYAT                                  :  Perempuan…? Wanita… Ibu…?
NGANGA                               :  Ya,… ketiga-tiganya… bagaimana tuanku…?
MAYAT                                  :  Ya… mereka erat sekali hubungannya dengan persatuan. Aku teringat sebuah pepatah orang Inggris. Laki-laki bekerja dari matahari terbit dan terbenam, perempuan bekerja siang dan malam.
                                                   Dari dulu aku suka wanita, dan tidak jarang aku bekerja sampai larut malam hanya untuk wanita.
PEOT                                      :  Jadi?
MAYAT                                  : Wanita..? a… women…? Sangat menentukan bagi bangsa ini, kira-kira begitu pendapatku dan pendapat teman-temanku dulu. Kalau mereka buruk, kita bisa jadi akan ikut menjadi buruk, tapi kalau mereka berkilau seperti sebongkah, bukan tidak mungkin kita akan menyala menjadi sebuah batu intan. Di pundaknya dan di telapaknya jiwa kalian berada. Ingat itu. Nah… aku rasa sudah cukup sebelum alam marah… aku harus kembali ke asalku, jangan menggangguku lagi, biarkan aku menikmati keberadaanku menjadi sebuah simbol, dan aku akan terus membantu kalian lewat semangat dan pemikiran.
KETUA                                   :  Tuanku… kenapa tuan tidak turun sendiri membantu kami menemukan sesuatu yang bernama persatuan itu, menemukan kembali…!
MAYAT                                  :  Dia sudah kami temukan sejak dulu, kalian juga sudah menemukannya tapi masih terlalu kecil dan belum nampak. Terus gali dengan keberanian. Aku tidak dapat membantu. Aku tidak akan menyalahi aturan alam. Dulu aku bisa kenapa kalian tidak? Kalian pasti bisa walau tanpa aku dan teman-temanku dulu. Kita sama-sama manusia… terima kasih atas rokoknya. Selamat tinggal.

PETIR MENGGELEGAR…, MAYAT KEMBALI MASUK KE DALAM PETI, LALU MATI LAGI.
NGANGA                               :  Sekarang bagaimana kita ketua..?
PINCANG                              :  Lihat benda itu mengecil.. mengabur
KETUA                                   :  Dia sudah hampir kalah… ayo kita lawan dia. Kita cari sesuatu yang bernama persatuan itu, ayo. Negara kita masih belum hancur. Ayo kita cari.

MEREKA SEMUA BERGANDENGAN TANGAN, TERSENYUM, TERTAWA, LALU KELUAR. HILANG.
PENULIS                               :  Nah… ladies and gentelman. Sudah jelas bukan. Tidak banyak yang harus kita lakukan, hanya secuil. Tapi aku tetap tidak setuju pada pekerjaan mereka tadi. Orang mati tetap orang mati, tidak akan bisa menolong, hanya simbol.. penyemangat. Dan mereka tidak akan bisa apa-apa… karena….
                                                   (MENDADAK MAYAT BANGKIT, MENIKAM DADA PENULIS, HINGGA LUKA, PENULIS TERLEMPAR, BERGULING-GULING, LALU TERKAPAR, MEMEKIK MENAHAN SAKIT, DAN MENCOBA BERDIRI.
                                                   Bannggssaaaattth.

LAMPU PADAM.
PERTUNJUKAN SELESAI.

Yogyakarta, April 2008
Diketik ulang oleh
Studio Teater PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta







NB. Naskah ini ditulis oleh ANDI SAHLUDDIN 21 Juni 1999

Tidak ada komentar:

Posting Komentar