BANGSAT
Karya: Andy Sahluddin
Susunan Tokoh:
- Penulis
- Ketua
- Nganga
- Peot
- Pincang
- Juru Kunci
- Mayat
- Lain-lain yang dirasa perlu
BAGIAN I
LAMPU NYALA
SEBUAH BENDA HITAM MELAYANG-LAYANG, MENGAPUNG, MENGANGA DENGAN WUJUD
YANG MENGERIKAN, SIAP MENERKAM BUMI, MEMAKAN DUNIA, DI PANGGUNG TERDAPAT SEBUAH
KUBURAN KERAMAT.
PENULIS BUKU MASUK.
PENULIS BUKU : Kali
ini mungkin kita tidak akan selamat. Tapi bisa juga
kita masih bisa selamat. Kita setiap saat bisa menjadi korban! Bagaimana tidak
? kita terbungkus bersama hari hari yang sangat kritis. Banyak kawan-kawan kita
yang berubah menjadi orang dungu juga toolool. Ya, tolol ada juga yang berubah
menjadi ganas lalu menghisap darah saudaranya sendiri.
(MELIHAT
BENDA HITAM YANG MENGAPUNG DI UDARA HINGGA MENJADI PANIK).
Lihat…
benda itu semakin liar, lapar dan sementara masih belum punya jalan keluarnya,
karena takut dirugikan, masih bergulat pada permasalahan yang sama da…n ahhhhk
ngantuk.
PETIR MENGGELEGAR KILAT SAMBAR MENYAMBAR, PERTANDA HAL YANG TIDAK BAIK
AKAN TERJADI. KUBURAN KERAMAT MENYALA DAN MENGELUARKAN ASAP KEMUDIAN KEMBALI
LAGI SEPERTI SEMULA.
PEOT, PINCANG, NGANGA DAN KETUA, MASUK DENGAN MENGENDAP-ENDAP DI
KEGELAPAN, PERSIS SEPERTI MALING YANG TAKUT TERLIHAT PETUGAS.
KETUA : Stt..
stt… jangan sampai dilihat orang. Jangan sampai terdengar orang.
PEOT : Apakah
ketua yakin kalau ini jalan yang benar?
KETUA : Jangan
ribut…. Stt… stt…
NGANGA : Ini
proyek rastung. Rahasia sekaligus menguntungkan. Seharusnya sih kita Cuma
mengkoordinir saja. Yang melaksanakannya kan
rakyat, tapi karena rakyat belum mampu terpaksa kita sendiri yang mengerjaka sambil memberi pelajaran dan
menikmati hasilnya… mumpung ada… (TERTAWA).
KETUA : Stt…
stt… jangan ribut… jangan ribut…
PINCANG : Pak… pak, apa ini sudah dipikirkan masak-masak.
Semacam direnungkan.
KETUA : Sudah,…
ini sudah keputusan rapat yang dipimpin langsung oleh batin… panggilan dunia…
mana cangkulnya…? (PINCANG MEMBERIKAN
CANGKUL PADA KETUA) Nganga sini… (MEMBERIKAN
CANGKUL PADA NGANGA) Itu kuburannya (MENUNJUK
KUBURAN KERAMAT) kita kesana dan menggalinya… cepat kita diburu waktu… (SEMUANYA BERJALAN KE KUBURAN) Ayo..
Cepat gali.
NGANGA : Untuk
apa pak…?
KETUA : Tambuk!
Ya jelas untuk menyelamatkan negara.
PINCANG : Tapi
ini kuburan pahlawan pak, kita tidak boleh mengganggunya…!
KETUA : Makanya…
karena kepahlawanannya itulah dia kita bangunkan, apa harus kuburannya perampok
yang kita bongkar atau kuburannya penjahat, koruptor. (MELIHAT KE ATAS) addduhhh… lihat benda itu sudah semakin dekat…
ayyoo.. kita tak punya banyak waktu lagi, ini adalah soal moral keyakinan dan
proyek akhirat. Cepat ayoo gali… jangan banyak cingcong lagi…gali.
PINCANG MENGGALI KUBURAN DENGAN DIBANTU SI NGANGA, KETUA DAN PEOT BERJAGA-JAGA.
PETIR MENGGELEGAR SUARA-SUARA MISTERIUS MENGGEMA DI MANA-MANA.
PEOT : (KETAKUTAN) Mudah-mudahan ini berhasil,
mudah-mudahan akan ada hasil.
(MENYANYI)
Kuburannya dalam ya
pak.
NGANGA : Sudah
jangan ribut… duduk saja… menghayal, melamun, itu si Munah paling asyik
dibayangkan…
PEOT : Alaah.. sok tahu kamu.
KETUA : Suadah
nanti ada yang mendengar…!
PENJAGA MAKAM (JURU KUNCI) MASUK, MEMBAWA SENTAR, MENYOROT ORANG
JURU KUNCI : Siapa itu? Malam-malam di kuburan, cari nomor
yaa? Siapa itu ayo tampakkan wajah kalian! Biar aku melihat , kambing atau
macan? Ayo jangan takut, ini jaman baru. Ayo, aku tidak akan marah meskipun
kalian sudah melanggar peraturan di pemakaman di sini… ayo keluarlah… jangan
takut.
PEOT, PINCANG, NGANGA DAN KETUA AKHIRNYA MAU MENAMPAKKAN DIRI
KETUA : Keadaannya
tidak memungkinkan untuk berkelahi!
JURU KUNCI : Aduh-aduh
kenapa kalian cari buntut di sini. Dosanya besar sekali… ini makam pahlawan, sana di Karang Kuwaci, di
situ cocok untuk nyari buntut… setannya cantik-cantik.
NGANGA : Enak
saja, ee pak kami ini mau menyelamatkan negara…!
JURU KUNCI : Menyelamatkan
atau memberatkan.. ayo.
KETUA : Anak-anak
tenang, dia hanya belum tahu saja. Pak …sini, … nah tuh lihat asyik kan?
JURU KUNCI : Ya
kobra si buaya, apa itu, ngeri sekali seperti… seperti…
PINCANG : Seperti burungmu…
JURU KUNCI : Kelihatannya
dia mau memakan kita.. adduuhh bahaya… bahaya… cepat kita harus bersembunyi…
nahaya… ayo cari tempat persembunyian.
KETUA : Tenang
pak tenang (NGANGA MENENANGKAN) kita
tidak akan bisa lari, sekalipun kita bersembunyi di dalam pantat kita sendiri…
ini sudah garis nasib, kita harus menghadapinya.
JURU KUNCI : Dengan
apa? Dengan siapa?
PEOT : Dengan
dia! (MENUNJUK KUBURAN)
JURU KUNCI : Dia..?
bagaimana mungkin, apa kalian sudah
sinting, dia itu sudah mati berpuluh-puluh tahun yang lalu, apa otak kalian
sudah tak waras lagi…?
NGANGA : Kami
bisa membangunkan dia dari tidur panjangnya.
JURU KUNCI : Tidak
mungkin…
PEOT : Ada bacaannya,… ada
manteranya lho pak..
JURU KUNCI : Ada bacaannya..?
NGANGA : Ketua
tahu bacaannya pak…?
KETUA : Ya…
saya tahu tapi mayatnya harus kita keluarkan terlebih dahulu. Ayo sekarang kita
tak punya waktu lagi… ayo kita gali lagi…
JURU KUNCI : (BERBICARA KEPADA MAKAM) Maafkan saya
tuan, saya tidak mampu menjaga tuan, malah memanfaatkan tuan… tapi kita tidak
punya pilihan lagi, hanya tuan yang mampu menolong kami sekali lagi maafkan
saya?!?!
NGANGA : Ketua,
petinya sudah kelihatan…
KETUA : Terus
gali… benda itu sudah semakin dekat.
PINCANG : Ketua,
petinya sudah siap diangkat.
KETUA : Ayo
kita angkat bersama-sama.
SEMUA BEKERJA SAMA MENGANGKAT PETI, BERAT SEKALI, NGANGA TAKUT
KETUA : Terus…
terus sedikit lagi… di sini.
(SEMUA
MENURUNKAN PETI KERAMAT DENGAN HATI-HATI) Tuan kita ini… nah sekarang kita bangunkan. (KEPADA PEOT) mana…
PEOT : (MEMBERIKAN SEBUAH BUKU PADA KETUA) Ini
pak… hati-hati
KETUA : (MEMERIKSA DENGAN TELITI) HALAMAN
32. Hm….begitu ya.
GURU MELAKUKAN GERAKAN ANEH, BERPUTAR HINGGA DUDUK LALU MEMEJAMKAN MATA,
MULUTNYA KOMAT-KAMIT MEMBACA MANTERA, PETIR MENGGELEGAR, KILAT SAMBAR
MENYAMBAR, CAHAYA MENJADI MERAH, SUARA-SURA MISTERIUS MUNCUL LAGI, SEMUANYA
KETAKUTAN KECUALI SANG KETUA YAMG KHUSUK BERTAPA, MENDADAK PINTU PETI MATI
KERAMAT KELUAR, PENUH ASAP, DAN SANG MAYAT TELAH BANGKIT DENGAN PERLAHAN
SEKALI, DIA MEMANDANG SEKITARNYA DAN DIAM TAK BERGERAK LALU KEADAAN MEREDA,
KEMBALI TENANG, TERDENGAR BUNYI GONG, HINGGA SEMUANYA TELAH MEMBEKU SEPERTI
TERLEPAS DARI WAKTU, SEMUANYA MENJADI PATUNG.
PENULIS : Lihatlah
(BERBICARA KEPADA PENONTON)
Kebodohan telah diperlihatkan oleh
mereka semua. Mereka telah kehabisan akal hingga mencoba menipu alam. Tapi
akhirnya berhasil juga, namun saya yakin
kalau ini tidak akan berhasil, alias membuang-buang waktu, buang-buang air liur
dan keringat… wwwhhuuuuaaahhh… nagnnntukkk.
GONG BERBUNYI, LALU SEMUA KEMBALI MENCAIR, KEMBALI MENJADI SEPERTI BIASA.
NGANGA : (KETAKUTAN MELIHAT MAYAT) Hantu… hantu…
ada hantu (MEMELUK PEOT)
PEOT : Tenang…
tenang… ada bacaannya… ingat ada bacaannya.
NGANGA : Iya,.. iya.. ada bacaannya, jangan takut… oke.
KETUA : (SADAR DARI PERTAPAANNYA) Ohh tuanku,
tuanku akhirnya hidup kembali… bangkit kembali, bangun lagi dari tidur yang
panjang, kami perlu bantuan tuanku.
NGANGA : Iya
.. ayo mandi.
PINCANG : (MEMBUNGKAM MULUT NGANGA) Hush… diam,
kalau sampai terdengar bisa kita yang dibikin tidur.
KETUA : Tuanku
keadaan semakin gawat, semakin kritis, semakin darurat.. tuanku harus segera
menolong kami.
MAYAT : Tahun
berapa ini?
PEOT : 1999.
MAYAT : Sudah
lama sekali. Dan ada apa kalian semua membangunkanku.
KETUA : Tuanku… tuanku harus segera menolong kami.
MAYAT : Untuk
apa…?
KETUA : Untuk
umat, bangsa dan negara, tuanku.
MAYAT : Membangunkanku
adalah hal yang menyalahi aturan alam, menantang alam, mengajaknya berkelahi.
Kenapa kalian berani melakukannya.
KETUA : Kami
terpaksa… pasrah tapi masih ada harapan. Meskipun sulit tapi tetap kami tempuh
karena hanya ini jalan keluarnya, tuanku.
MAYAT : Apanya
yang gawat?
NGANGA : Itu
tuanku… lihat semakin dekat sekali.
MAYAT : Aku
juga melihatnya di jamanku.
NGANGA : Betul,
tuanku.
MAYAT : Ketika
itu, kawanku, musuhku, semuanya hanya mengharapkanku, semua pintar-pintar tapi
masih bodoh, hingga benda itu muncul dan siap melahap kami semua, tapi aku
segera menyelematkan sebelum semua terjadi, dan semua kembali aman serta
biasa-biasa saja, tapi memang nasib, air setrup di balas dengan air comberan… (MENANGIS) ada sapu tangan dan rokok?
KETUA : Ada, ada tuanku.
Kasih
beliau sapu tangan dan rokok?
MAYAT : Terima
kasih…
Nah sekarang apa lagi (MENGISAP ROKOK) ada korek..?
Nah
sekarang bicaralah dengan tenang karena aku sudah ada di depanmu.
KETUA : Benda
itu tuanku…
Benda itu akan memakan kita…!
Benda
itu akan mengunyah generasimu! Hanya tuanku yang bisa menolong.
MAYAT : Kenapa
harus aku…? Ini adalah jaman kalian… bukan jamanku. Ini adalah tanggung jawab
kalian, aku adalah sebuah rongsokan tua yang terkubur berpuluh-puluh tahun yang
lalu, aku hanya sebuah simbol, hanya sebuah simbol… tidak bisa apa-apa.
NGANGA : tuan
lihat… lihat, benda itu hampir sampai.
MAYAT : Itu
hanya halusinasi kalian saja.
PEOT : Halusinasi…?
MAYAT : Selama
masih ada saja sesuatu yang bernama penghianatan, benda itu akan selalu ada.
KETUA : Tapi
kenapa bisa begitu tuanku…?
MAYAT : Dia
tercipta diantara sebuah ketakutan dan keberanian. Dia persis terletak di
tengah-tengahnya, apabila kita tidak mampu mengendalikannya, dia akan berubah
dengan sangat cepat, menjadi nyata, lalu siap memangsa kita semua.
PINCANG : Saya
masih belum mengerti tuan.
MAYAT : Kalian
semua takut dengan kebaikan tapi berani dengan sebuah kejahatan, kira-kira
demikian maksudku. Persis dengan yang terjadi di jamanku, semua berani dengan
sebuah keasingan dan berani dengan hal yang bernama kewajaran. Belum berubah,
tetap sama. Sebagian diantara jaman kalian, hanyalah berani menakut-nakuti
seorang anak kecil. Itu harus dirubah dan tidak boleh terjadi lagi, kalian
semua harus takut pada malu. Lihatlah benda itu. Putra-putra pilihan ibu
pertiwi. Itulah lawanmu sekarang, beranilah pada kematian.
KETUA : Caranya
tuanku… caranya…?
MAYAT : Bangsaku,
bangsamu, bangsa kita semua yang ada di sini, tidak akan pernah ada, kalau
tidak ada sesuatu yang bernama persatuan, aku sendiri tidak tahu persis
bagaimana persatuan itu terbentuk, namun dia muncul dari dari kesadaran yang
mendalam terhadap negara kita ini. Tidak dapat dipungkiri, kalau persatuan
itulah kapal yang membawa kita berlayar menuju pulau harapan, selama ini.
KETUA : Hanya
itu?
MAYAT : Hanya
itu.!
Dan ingatlah, bila sesuatu yang
bernama persatuan itu, sudah kalian temukan, benda itu akan segera menghilang
dari pandangan kalian, dia sangat takut pada sesuatu yang bernama persatuan
itu. Karena di dalam persatuan itu terdapat keberanian dan kerelaan. Namun
kalau dia sampai retak dan terpisah, kalian semua akan menerima kehancuran.
NGANGA : Tuanku..
bagaimana dengan perempuan, bagaimana tuanku?
MAYAT : Perempuan…?
Wanita… Ibu…?
NGANGA : Ya,…
ketiga-tiganya… bagaimana tuanku…?
MAYAT : Ya…
mereka erat sekali hubungannya dengan persatuan. Aku teringat sebuah pepatah
orang Inggris. Laki-laki bekerja dari matahari terbit dan terbenam, perempuan
bekerja siang dan malam.
Dari dulu aku suka wanita, dan tidak
jarang aku bekerja sampai larut malam hanya untuk wanita.
PEOT : Jadi?
MAYAT : Wanita..?
a… women…? Sangat menentukan bagi bangsa ini, kira-kira begitu pendapatku dan
pendapat teman-temanku dulu. Kalau mereka buruk, kita bisa jadi akan ikut
menjadi buruk, tapi kalau mereka berkilau seperti sebongkah, bukan tidak
mungkin kita akan menyala menjadi sebuah batu intan. Di pundaknya dan di
telapaknya jiwa kalian berada. Ingat itu. Nah… aku rasa sudah cukup sebelum alam
marah… aku harus kembali ke asalku, jangan menggangguku lagi, biarkan aku
menikmati keberadaanku menjadi sebuah simbol, dan aku akan terus membantu
kalian lewat semangat dan pemikiran.
KETUA : Tuanku…
kenapa tuan tidak turun sendiri membantu kami menemukan sesuatu yang bernama
persatuan itu, menemukan kembali…!
MAYAT : Dia
sudah kami temukan sejak dulu, kalian juga sudah menemukannya tapi masih
terlalu kecil dan belum nampak. Terus gali dengan keberanian. Aku tidak dapat
membantu. Aku tidak akan menyalahi aturan alam. Dulu aku bisa kenapa kalian
tidak? Kalian pasti bisa walau tanpa aku dan teman-temanku dulu. Kita sama-sama
manusia… terima kasih atas rokoknya. Selamat tinggal.
PETIR MENGGELEGAR…, MAYAT KEMBALI MASUK KE DALAM PETI, LALU MATI LAGI.
NGANGA : Sekarang
bagaimana kita ketua..?
PINCANG : Lihat
benda itu mengecil.. mengabur
KETUA : Dia
sudah hampir kalah… ayo kita lawan dia. Kita cari sesuatu yang bernama
persatuan itu, ayo. Negara kita masih belum hancur. Ayo kita cari.
MEREKA SEMUA BERGANDENGAN TANGAN, TERSENYUM, TERTAWA, LALU KELUAR.
HILANG.
PENULIS : Nah…
ladies and gentelman. Sudah jelas bukan. Tidak banyak yang harus kita lakukan,
hanya secuil. Tapi aku tetap tidak setuju pada pekerjaan mereka tadi. Orang
mati tetap orang mati, tidak akan bisa menolong, hanya simbol.. penyemangat.
Dan mereka tidak akan bisa apa-apa… karena….
(MENDADAK
MAYAT BANGKIT, MENIKAM DADA PENULIS, HINGGA LUKA, PENULIS TERLEMPAR,
BERGULING-GULING, LALU TERKAPAR, MEMEKIK MENAHAN SAKIT, DAN MENCOBA BERDIRI.
Bannggssaaaattth.
LAMPU PADAM.
PERTUNJUKAN SELESAI.
Yogyakarta, April 2008
Diketik ulang oleh
Studio Teater PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta
NB. Naskah ini ditulis oleh ANDI
SAHLUDDIN 21 Juni 1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar