WELCOME TO "O-REZ" BLOG

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam Budaya!!!

Wellcome to my blog !
Selamat datang teman-teman pecinta budaya ... Blog ini O-Rez buat untuk memberi sedikit bantuan kepada teman-teman yang sedang membutuhkan naskah-naskah teater, cerpen, maupun monolog. Tak perlu panjang lebar, silahkan nikmati naskah-naskahnya !!!
Semoga berguna !!!

Keep Smiling From O-Rez :)

Label

Minggu, 07 Oktober 2012

SANG PAHLAWAN


SANG PAHLAWAN
Ajie Sudharmaji Mukhsin

Nuniek dan Hastien adalah dua gadis yang malang. Kedua orang itu hamil sebelum perkawinan. Kejadian itu diketahui, setelah dua bulan mereka rekreasi dari Dieng. Namun Nuniek lebih beruntung daripada Hastien, sebab Burhan bersedia bertanggungjawab, bahkan sudah dikawininya secara resmi. Bagaimana keadaan Hastien sekarang? Tonny tidak mau mengawini secara resmi. Padahal, jelas Tonny dan Hastien sama-sama melakukannya.
Musibah telah terjadi. Hastien memerlukan seorang pahlawan. Siapa pahlawan itu? Silahkan mengikuti dialog-dialog berikut!


Nuniek             : Bagaimana, Tien, Tonnymu? Apa dia datang dari Jakarta?
Hastien             : Datang sih sudah. Tapi dasar lelaki, bosan aku berurusan dengan dia. Lagi orang tuanya, yang bawel itu, malah menyalahkan saya.
Nuniek             : Lho! Emangnya yang slaah siapa?
Hastien             : Ya, jelas dia dong. Kalau aku nggak dikasih itu kan nggak begini jadinya.
Nuniek             : Kalau kamu nggak mau diajak itu, pasti enggak begitu.
Hastien             : Kau juga menyalahkan aku?
Nuniek             : (tersenyum)
Hastien             : Kau juga menyalahkan aku? (lebih keras dialognya, karena Hastien sedikit marah kepada Nuniek. Dan Hastien sendiri merasa kurang yakin, apa yang diucapkannya tadi)
Nuniek             : Tonny memang begitu. Dia sulit untuk dapat dipercaya. Dan kau tahu, apa yang menyebabkan dia berani menolakmu dan menyalahkanmu?
Hastien             : Tidak. (suara Hastien lemah)
Nuniek             : Karena kekayaannya itulah! Dan kau mengejar kekayaan itu bukan?
Hastien             : Aku sama sekali tidak mengejar kekayaannya.
Nuniek             : Ketampanannya?
Hastien             : (mengangguk)
Nuniek             : Sama saja.
Hastien             : Ya beda! Terus terang saja, Niek, kau membela Tonny!
Nuniek             : Jangan putus asa. Saya dan Mas Burhan sedang mengusahakan.
Hastien             : Pertemuanku dengan Tonny?
Nuniek             : Ya!
Hastien             : Dan kemudian akan menjatuhkan namaku, seperti ketika di Dieng itu?
Nuniek             : Jelas beda dong! Aku juga mengakui kejadian itu. Aku juga merasa bersalah. Hingga kini aku bisa hidup sebagai suami-istri.
Hastien             : Tapi aku? Apakah aku hanya hidup dalam ketidaktentuan belaka?
Nuniek             : Aku dan Mas Burhan sedang mengambil jalan tengah.
Hastien             : Di mana Mas Burhan sekarang? (Nuniek belum sempat menjawab, Burhan telah masuk bersama Eddy, mereka saling bersalaman)
Burhan             : Sukses! Eh, hendaknya, Ed, ditulis dengan huruf besar: SUKSES!
                           (Nuniek dan Hastien tak mengerti, Eddi sedikit senyum)
Nuniek             : Apa sih mas?
Hastien             : Apa?
                           (Burhan masih tertawa lebar, hastien dan Nuniek masih saling berpandangan tak mengerti)
Burhan             : Kalian pasti tak mengerti. (Sambil menunjuk Nuniek dan Hastien) Kali ini kita sama-sama mengaharapkan perjuangan dari pahlawan kita. Semoga ia berhasil dalam peranannya. Apakah kalian sudah mengerti siapa pahlawan kita itu? (Nuniek dan Hastien hampir bersamaan menggelengkan kepala)
Burhan             : Baik, inilah orangnya. (sambil menunjuk Eddy)
Hastien dan Nuniek : Eddy?
Burhan             : Tepat! Oke, Ed, gantian engkau yang bicara!
Eddy                : Bicara apa, Bur?
Burhan             : Terserahlah asal bicara. Asal ada kaitannya dengan apa yang telah kita bicarakan tadi.
Eddy                : Soal Tonny?
Burhan             : Apalagi kalau bukan.
Eddy                : Baik, terima kasih! Nuniek dan Hastien kan sudah lama kenal denganku?
Hastien             : Ya, siapa yang tidak kenal Eddy. Di sekolah kita itu, semua kenal. Karena kenakalanmu, sampai engkau dikeluarkan oleh kepala sekolah. Aku masih ingat, setiap pagi harus pajak uang padamu Rp 50,00.
Eddy                : (Tertawa) Itu kan dulu, sekatang lain lho, Tien!
Hastien             : Sekarang lima ribu?
Eddy                : Bukan begitu! Aku sekarang sadar. Tak mau lagi aku berkelahi, kalau tidak terpaksa sekali.
Burhan             : Sudah! Sekarang kita bicara sekarang, bukan yang dahulu. Oke? (Hastien memandang tajam pada Eddy)
Nuniek             : Sekarang kita mau bicara apa sih?
Burhan             : Membicarakan keadaan Hastien.
Hastien             : Membicarakan aku?
Burhan             : Aku tahu keadaanmu, Hastien. Aku sebenarnya menyesalkan tindakan Tonny yang tidak bertanggungjawab itu.
Hastien             : Aku akan dikawinkan dengan Eddy....
Eddy                : Tidak! Aku tidak berani. (hening sejenak. Mereka saling berpandangan.)
Burhan             : Ayo, kita mulai bicara lagi. Tapi ingat jangan tegang-tegangan.
Eddy                : Begini, Hastien aku akan menolongmu. Aku pernah berhutang budi padamu. Aku merasa berdosa saat itu, meminta uang dengan paksa sampai beberapa bulan. (Eddy diam sejenak) Pagi tadi Burhan bercerita kepadaku tentang keadaanmu. Sebenarnya aku menyesalkan tindakan Tonny itu. Kenapa dia melakukan tindakan begitu kepadamu. Kupikir terlalu nekad. Neh, kuharap kau mengerti, Hastien.
Hastien             : Kau akan menolongku?
Eddy                : Ya!
Hastien             : Dengan cara bagaimana, kau akan menolongku?
Eddy                : Menyeret Tonny kehadapan Hastien.
Hastien             : Hah! (agak terkejut)
Eddy                : Tonny harus bersumpah di hadapan Hastien bahwa dia bersedia mengawini Hastien dengan segera!
Hastien             : Bisakah begitu?
Eddy                : Inilah Eddy ynag dulu nakal dan bejad akan memulai dengan kebaikan.
Hastien             : Eddy...(menubruk Eddy sambil menangis)
Nuniek             : Sudahlah, Tien. Kita tunggu saja. Kapan Ed kau  akan mencarinya?
Eddy                : Sekarang dia ada di rumahku! Oke, sebentar aku menjemput dia. (Eddy pergi keluar meninggalkan meninggalkan mereka)
Nuniek             : Mas Burhan, dapatkah kau percaya ucapan Eddy tadi?
Burhan             : Aku percaya sekarang! Dulu ketika kita sama-sama satu kelas banyak yang curiga kepadanya. Padahal ya betul-betul dia itu terdesak.
Hastien             : Terdesak? Terdesak apanya?
Burhan             : Dia itu, orang tuanya miskin.
Hastien             : Sekarang kok bisa kaya? Pakai mobil, pakaian necis.
Burhan             : Dulu dia bekerja sebagai penjaga di sebuah toko. Ketika toko itu kena rampok, dialah yang menyelamatkannya.  
Nuniek             : Eddy?
Hastien             : Hingga tidak terjadi lagi perampokan? 
Burhan             : Iya. Dialah yang menyelamatkan. Hingga akhirnya pemilik toko mengambil Eddy sebagai menantu.
Hastien             : Jadi  dia sudah kawin?
Burhan             : Malah dia sudah punya anak.
Hastien             : Aku akan meminta maaf kepadanya nanti...(Ucapannya itu tidak jadi dilanjutakn karena pintu tiba-tiba telah membuka)
Eddy                : Ton, kau jangan mencoba lari dari kenyataan ini.
Tonny               : Aku tidak diperkenankan oleh orang tuaku!
Eddy                : Itu bukan alasan yang kuat untuk menolak! Di Catatan Sipil juga bisa.
Tonny               : Kalau aku melepas orang tuaku, aku kan belum bekerja.
Eddy                : Lihat Burhan, apa dia sudah bekerja? Toh dia juga mengawini Nuniek. (Pelan-pelan Tonny memandangi Hastien. Pertama yang dilihat adalah perutnya yang tampak sedikit besar. Lalu dengan pelan-pelan pula Tonny melangkah ke arah Hastien, kemudian berjabat tangan)
Tonny               : Hastien, aku berjanji dalam waktu dekat ini, akan mengajakmu ke Catatan Sipil.
Hastien             : Terima kasih.
Eddy                : Ton, kalau cuma janji kosong yang kau berikan kepada Hastien, jangan harap kau bisa hidup tenang! (Tonny tak berani memandang Eddy yang memuncak kemarahannya)
Burhan             : Terima kasih atas usahamu Ed.
Eddy                : (mengangguk) Sama-sama.


(layar ditutup perlahan-lahan)


Diketik ulang oleh: Ni Ketut Anis Widhiani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar