WELCOME TO "O-REZ" BLOG

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam Budaya!!!

Wellcome to my blog !
Selamat datang teman-teman pecinta budaya ... Blog ini O-Rez buat untuk memberi sedikit bantuan kepada teman-teman yang sedang membutuhkan naskah-naskah teater, cerpen, maupun monolog. Tak perlu panjang lebar, silahkan nikmati naskah-naskahnya !!!
Semoga berguna !!!

Keep Smiling From O-Rez :)

Label

Minggu, 07 Oktober 2012

TANGIS


TANGIS
P. Hariyanto

Para Pelaku:
  1. Fani
  2. Inu
  3. Gina
  4. Jati
  5. Hana


Pentas : menggambarkan sebuah taman atu halaman.

01.        Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak didengar, dengan komposisi yang sedap dipandang.
02.        Hana : (muncul tertegun, mendekati kedua temannya).  Ada apa ini? Fani, Gina, mengapa menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat membantu. Ayolah, Fani, apa yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan sebentar tangismu!
03.        Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.
04.        Hana : Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang kau bebankan kepada kedua temanku ini? Dan apa yang harus kulakukan bila aku tidak tahu sama sekali persoalannya semacam ini? Fano, Gina, sudahlah! Kita memang wanita sejati, tanpa ada seorangpun yang berani meragukan, dan oleh karena itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis. Namun apapun persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan semacam ini, sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan dengan enaknya. Ayolah, hentikan tangis kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap sebagai penghinaan yang tak termaafkan, dan sekaligus akan mengancam kelangsungan persahabatan kita!
05.        Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan tangis, saling bertatapan, lalu Gita memberikan selembar kertas kepada Hana. Keduanya meneruskan tangisnya.
06.        Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng kepala, kemudian iktu menangis pula.
07.        Inu : (muncul tergopoh-gopoh). Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu lagi? Gila! Mereka memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan menghadapinya! (menacri batu untuk senjata). Tenanglah kalian. Kita mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai menangis), miskin,bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat mereka hina secara semena-mena. (sambil menangis) Berapa kali mereka melakukannya? Huh, cacingpun menggeliat jika diinjak, apalagi kita, manusia! Mungkin kini mereka akan gentar pada tekad perlawanan kita. Tetapi jangan puas, mereka harus diberi pelajaran, agar tahu benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (menangis) Baiklah, akan kucari mereka dengan batu-batu di tanganku! (beranjak pergi)
08.        Hana : (menahan Inu seraya memberikan selembar kertas).
09.        Inu    : (menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-geleng kepala dan tertaw-tawa sendiri. Diamat-amatinya teman-temannya satu persatu sambil tersenyum-senyum.)
10.        Jati    : (muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu! Kauapakan mereka?
11.        Inu    : Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!
12.        Jati    : Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?
13.        Inu    : Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (tertawa)
14.        Jati    : Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmu menangis duka. Di mana perasaanmu, Inu?
15.        Inu    : Jati, apakah setiap tangis itu duka?
16.        Jati    : Tetapi mereka jelas nampak menderita!
17.        Inu    : (tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!
18.        Jati    : Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya, Inu!
19.        Inu    : Ampun, Jati! Sabar, Jati! Nih, baca. (memberikan selembar kertas)
20.        Jati    : (dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya). “Maaf kami sedang latihan menangis, jangan ganggu, ya!? Trim’s!” Gila! Sudah! Selesai! Hentikan latihan gila-gilaan ini!
21.        Semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah tingkah.            

**


Diketik ulang oleh: Ni Ketut Anis Widhiani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar