TAWUR MUNYUK (PERANG MONYET)
OLEH: EKO OMPONG
Para Pelaku :
1. Bapa Ajar :
2. Sabaguna :
3. Sabasekti :
4. Ki Lurah :
5. Nyi Lurah :
6.
Ki Jagabaya :
7. Kinanthi :
8. Ki Dukuh :
9. Nyi Dukuh :
10. Girasmara :
11. Abdi Growol :
12. Emban Gones :
13. Dewa Narada :
14. Monyet Merah :
15. Monyet Putih :
Bengkel Teater PPPG Kesenian
Yogyakarta
© 2003
TAWUR MUNYUK
(PERANG MONYET)
OLEH: EKO OMPONG
Adegan I
Padepokan. Tampak Sabaguna dan Sabasekti sedang melatih ilmu beladiri
yang telah mereka pelajari dari Bapa Ajar. Kedua murid Padepokan itu sama-sama
tangguh dan memiliki kesaktian yang seimbang. Bapa Ajar mengamati proses
latihan kedua murid tersebut. Setelah latihan selesai, berujar Bapa Ajar;
Bapa Ajar : Bagus, bagus. Hem… Sabaguna dan Sabasekti.
Sabaguna+Sabasekti : Ya
Bapa.
Bapa Ajar : Kiranya, sudah cukup aku memberikan semua pengetahuan yang aku
pahami dan sudah cukup pula aku mengajarkan kepada kalian tentang ilmu
beladiri. Untuk itu, sudah waktunya bagi kalian membaktikan diri kepada
masyarakat dan tetaplah berjalan pada jalan yang benar serta berpihak pada yang
lemah.
Sabaguna+Sabasekti : Baik
Bapa.
Bapa Ajar : Selanjutnya aku ingin tahu apa rencana kalian ke depan.
Sabaguna : Bakti saya Bapa. Setelah mendapatkan ilmu kehidupan dan kesaktian
dari Bapa, saya ingin menjadi prajurit, membela bangsa dan negara.
Bapa Ajar : Bagus, bagus. Bagaimana denganmu Sabasekti?
Sabasekti : Bakti saya Bapa. Saya ingin meyebarkan semua pengetahuan yang telah
saya pelajari dari Bapa selama ini kepada masyarakat luas. Saya ingin mendidik
masyarakat dengan filsafat hidup dan keutamaan sifat satria seperti yang telah
Bapa tanamkan pada saya dan Sabaguna.
Bagus
Ajar : Bagus, bagus. Ah, aku merasa bangga mempunyai
murid seperti kalian berdua. Aku tidak bisa memberikan apa-apa lagi selain doa
keselamatan dan kesejahteraan bagi langkah kalian ke depan.
Sabaguna+Sabasekti : Terima
kasih Bapa.
Mereka
kemudian menyalami dan mencium tangan
Bapa Ajar.
Sabaguna+Sabasekti : Kami
pamit Bapa.
Bapa Ajar : Ya, restuku bersama kalian.
Adegan
II
Girasmara
sedang dilanda asmara.
Ia membaca puisi untuk Kinanthi yang tidak ada di tempat itu.
Girasmara : Oh Putri yang ayu rupawan, wajahmu seperti rembulan. Ingin aku
menciummu sehari semalam. Cintaku tiada tertahan. Oh, Kinanti cantik, tuturmu
halus dan matamu lentik. Jika kau bunga pasti akan ku petik.
Nyi
Dukuh : (Datang dan memandang anaknya dengan
heran.) Girasmara! Kau itu sedang apa. Siang-siang kok mengigau.
Girasmara : (Membaca puisi seolah-olah Ibunya adalah Kinanthi.) Oh
Kinanthi, putri seksi, putri idaman setiap lelaki.
Nyi
Dukuh : He, he! Aku ini ibumu bukan Kinanthi, ingat
Girasmara! (Girasmara memegang tangan Ibunya.) Sadar Girasmara, pak… pak
ini bagaimana pak!
Ki
Dukuh : Girasmara! (Melepaskan Nyi Dukuh dari
cengkeraman tangan Girasmara.) Sudah gila kau rupanya, ingat! Ini ibumu dan
aku bapakmu! Sebetulnya ada apa dengan kau?!
Girasmara : (Malau-malu.) Aku ingin… mempersunting Kinanthi pak.
Ki
Dukuh : Bukankah aku sudah bilang bahwa kau harus
bersabar dahulu. Kita tunggu hari baik dan kita harus mempersiapkan segala
sesuatunya.
Girasmara : Aku pingin menikah dengan Kinanthi sekarang juga!
Nyi
Dukuh : Sabarlah sebentar Girasmara.
Girasmara : Dari dulu disuruh sabar terus, buktinya mana?! Sampai sekarang aku
juga belum dilamarkan. Pokoknya aku nggak peduli pendapat bapak dan Ibu, aku
melamar Kinanthi sekarang, aku pergi!!
Ki
+ Nyi Dukuh : Girasmara,
Girasmara!!
Adegan III
Sabaguna telah sampai di Kelurahan Galamba. Tampaknya ia sedang
diuji oleh Ki Jagabaya. Mereka berdua adu otot. Sabaguna kelihatan lebih lihai
dari Ki Jagabaya. Olah keprajuritan itu disaksikan oleh Ki dan Nyi Lurah.
Mereka berdua nampak senang dengan hadirnya Sabaguna di Kelurahan Galamba. Tak
lama kemudian olah keprajuritan itu selesai. Ki Lurah bangga.
Ki
Lurah : (Tepuk tangan.) Bagus, bagus. Wah hebat
kau Sabaguna, gerakanmu lincah dan gesit pantas saja kalau Ki Jagabaya sampai
kehabisan tenaga, bukankah betul begitu Ki Jagabaya?
Ki
Jagabaya : Betul Ki Lurah. Saya sudah tidak mampu lagi
menandingi kecakapan Sabaguna. Dia memang pantas untuk dijadikan pemimpin bagi
para pemuda di Kelurahan kita ini Ki Lurah.
Ki
Lurah : Ya, ya. Sabaguna?
Sabaguna : Saya Ki Lurah.
Ki
Lurah : Apakah hatimu sudah merasa mantap untuk
menetap dan mengabdi di Kelurahan ini sebagai prajurit?
Sabaguna : Sudah Ki Lurah. Saya sudah berjanji untuk mengabdikan diri pada
bangsa dan negara Ki Lurah.
Ki
Lurah : Bagus, bagus. Kalau begitu, Ki Jagabaya?
Ki
Jagabaya : Saya Ki Lurah.
Ki
Lurah : Sabaguna sekarang menjadi tanggung jawabmu. Kau
harus memberi pengertian tentang tata cara prajurit kepadanya.
Ki
Jagabaya : Akan saya laksanakan Ki Lurah. Selanjutnya,
saya dan Sabaguna mohon pamit untuk segera melaksanakan perintah Ki Lurah.
Ki
Lurah : O, silakan.
Ki
Jagabaya : Ayo Sabaguna.
Sabaguna : Mari Ki Jagabaya.
Mereka
menghaturkan sembah kepada Ki Lurah dan segera pergi meninggalkan pendapa
Kalurahan.
Nyi
Lurah : Wah senang rasanya hatiku kangmas. Kita
sekarang telah memliki prajurit yang tangguh.
Ki
Lurah : Ya, ya, itulah yang kita harapkan.
Nyi
Lurah : Masih muda, gagah, sopan, ganteng dan penuh
semangat. Kalau si Sabaguna yang memimpin para pemuda, pasti Kelurahan kita
akan menjadi semakin aman dan tenteram kangmas.
Ki
Lurah : Itu pasti, tapi sekarang ada baiknya kalau
kita menengok keputren. Ayo Nimas.
Nyi
Lurah : Baiklah.
Adegan IV
Sabaguna sedang bermesraan dengan Kinanthi. Kedua remaja ini memang
menaruh hati pada pandangan pertama. Di keputren hanya ada mereka berdua.
Kinanthi : Kakang Sabaguna…
Sabaguna : Iya Kinanthi.
Kinanthi : Sebetulnya aku telah lama… ehm… ah sulit aku mau mengatakannya.
Sabaguna : Kinanthi, janganlah begitu. Aku tahu bahwa kau telah menaruh hati
padaku sejak pertama kita bertemu, iya kan?
Kinanthi : Ah kakang ini bisa-bisa aja menebak, memangnya kakang dukun?
Sabaguna : Bukan begitu Kinanthi, karena sesungguhnya aku juga menaruh
perasaan yang sama.
Kinanthi : Ah masak…
Sabaguna : Janganlah kau malu Kinanthi. Cahya bulan meredup, awan berarak
putih bersih di malam dingin. Aku sendiri terbayang dara jelita berparas elok.
Angin semilir mengabarkan cinta padaku. Ku hembus napas dan berujar aku cinta
padamu.
Kinanthi : Ah kakang ini lho pakai puisi segala…
Sabaguna : Kinanthi, sukakah kau padaku?
Kinanthi : Ehm bagaimana ya?
Sabaguna : Kinanthi,…
Kinanthi : Kakang Sabaguna,… (Menghampiri dan memegang tangan Sabaguna
dengan lembut. Sekali lagi dengan lembut.) Sejak pertama aku melihat kakang
perasaanku tak menentu. Aku selalu ingin dekat dengan kakang terus. Kakang
Sabaguna…
Sabaguna : Kinanthi… (Sabaguna hendak mencium kening Kinanthi, tapi
tiba-tiba Ki Lurah datang dan menghadik!)
Ki
Lurah : Sabaguna!! (Melepaskan Kinanthi dari
dekapan Sabaguna.) Ternyata kebaikanmu selama ini mempunyai maksud
tertentu. Pergi kau dari sini Sabaguna! Pergi!
Kinanthi : Rama!
Sabaguna : Ampunkan saya Ki Lurah, saya tidak bermaksud….
Ki
Lurah : Pergi sekarang juga atau, (Menghunus keris)
Kinanthi : Jangan rama!
Sabaguna : Baiklah Ki Lurah saya akan pergi, Kinanthi, aku berjanji kita akan
bertemu kembali. (Sabaguna pergi.)
Kinanthi : Kakang… (Menangis, akan tetapi Ki Lurah langsung menyeretnya
masuk ke dalam.)
Adegan V
Sabaguna
memasuki hutan dan ia memohon pertolongan kepada dewa atas nasib yang
menimpanya.
Sabaguna : Sial benar nasibku, ehm, aku akan mohon petunjuk dewa penguasa alam
semesta. (Bersemadi.) (Tidak lama kemudian Dewa Narada turun dari
kahyangan.)
Narada : Bangunlah cucuku, ada apa gerangan engkau
melantunkan doa perkohonan kepada dewa?
Sabaguna : Saya sedang ditimpa kemalangan ya dewa, saya mencintai seorang
gadis akan tetapi orangtuanya tidak suka dan mengusir saya.
Narada : Persoalan seperti itu sering terjadi di dunia
ini cucuku. Sebetulnya engkau tidak perlu mohon petunjuk padaku, gunakanlah
ilmu kesaktianmu, menyamarlah dan tetap selalu dekat dengan jantung hatimu.
Sabaguna : Oh, terimakasih dewa saya akan melaksanakan nasehat paduka.
Narada : Tapi ingat, berbuatlah selalu di jalan yang
benar. Cinta kasihlah yang telah melahirkan dunia, junjung tinggi dan hargai
itu. Sudah begitu saja cucuku aku akan kembali ke kahyangan.
Sabaguna : Bakti saya paduka. (Narada pergi kembali ke kahyangan.)
Betul nasehat dewa Narada, akan aku laksanakan. Kinanthi tunggulah
kedatanganku.
Adegan VI
Growol dan Gones abdi keputren sedang menghibur tuan putrinya,
Kinanthi. Suasana hati Kinanthi semakin tak menentu semenjak kepergian
Sabaguna.
Growol : Sudahlah
tuan putri, tidak usah dipikir terlalu jauh nanti malah tuan putri jatuh sakit.
Gones : Iya tuan putrid, kalau memang denmas Sabaguna
itu cinta sama tuan purti pasti bakal datang lagi ke sini, iya to kang?
Growol : Tentu
saja wong namanya sudah cinta kok.
Gones : Tuan putri kok diam saja to?
Kinanthi : Aku selalu memikirkan kakang Sabaguna emban, mengapa kanjeng rama
tidak mengijinkan ia menjadi kekasih hatiku, aku bingung.
(Dari jauh terdengar suara Girasmara
membaca syair dengan keras dan terus berjalan menghampiri Kinanthi)
Girasmara : Kinanthi pujaan hati, siang malam selalu kunanti. Kinanthi oh
Kinanthi engkaulah pelita hati. (Sampai di depan Kinanthi langsung menangkap
tangannya. Kinanthi menjerit.) Kiananthi hari ini juga kau akan mendampingi
hidupku, ha ha ha…
Kinanthi : Hei kau ini siapa!
Girasmara : Aku Girasmara pahlawan hidupmu, ayo sekarang juga kau ikut aku
Kinanthi!
Kinanthi : Jangan, jangan, tolong, toloong! (Kinanthi mencoba berontak tapi
tangan Girasmara terlalu kuat. Growol dan Gones hendak menolong tapi ditendang
oleh Girasmara. Kinanthi menjerit semakin keras.) Tolong, tolooong!
Datanglah seketika seekor monyet merah
melabrak Girasmara. Mereka lalu berkelahi dan Girasmara kalah. Monyet itu
langsung membawa lari Kinanthi yang terus saja menjerit-jerit.
Adegan VII
Kinanthi
dibawa lari oleh monyet sampai pinggiran hutan. Ki Lurah datang menyusul.
Ki
Lurah : Berhenti kau monyet keparat, lepaskan
putriku!! Jika tidak kau lepaskan tamatlah riwayatmu!!
Ki Lurah langsung melabrak monyet merah.
Mereka bergumul dan Ki Lurah terjerembab. Keris Ki Lurah dihunus oleh monyet
merah. Ketika keris hendak dihujamkan ke dada Ki Lurah, mendadak seekor monyet
putih muncul langsung menyerang monyet merah. Kedua monyet berkelahi. Monyet
putih berhasil memenangkan pertarungan, ketika monyet putih hendak memukulkan
tinjunya, monyet merah bersuara…
Monyet
Merah : Berhenti, jangan kau bunuh aku!
Monyet
Putih : He monyet apa kau ini, mengapa bisa berbicara?
Monyet
Merah : Aku memang monyet yang bisa bicara. Kau sendiri juga seekor monyet
tapi bisa juga bicara.
Monyet
Putih : Sebenarnya kau ini siapa?
Monyet
Merah : Kau juga siapa?
Monyet
Putih : Baik, akan aku tunjukkan siapa diriku
sebenarnya.
Monyet
Merah : Kalau memang maumu begitu, baiklah.
Kedua monyet mengelurakan mantranya
masing-masing. Bentuk monyet mendadak berubah. Monyet merah menjadi Sabasekti
dan monyet putih menjadi Sabaguna. Kedua mereka langsung berangkulan.
Sabasekti : Saba guna!
Sabaguna : Saba sekti! (Mereka saling
menepuk bahu. Kinanthi langsung menubruk ketika Sabaguna menoleh padanya.)
Kinanthi : Kakang Sabagunaaa… (Ki Lurah hendak melarang tapi langsung
dicegah oleh Sabasekti.)
Ki
Lurah : Kinanthi!!
Sabasekti` : Sudahlah Ki Lurah, anda tidak perlu begitu. Saya sudah tahu cerita
perjalanan cinta Sabaguna dan Kinanthi. Kedatangan saya menyamar sebagai monyet
di sini hanya untuk menyelamatkan Kinanthi dari tangan Girasmara dan saya ingin
melihat Sabaguna hidup bahagia dengan Kinanthi. Seharusnya Ki Lurah menyetujui
karena memang sudah begitu seharusnya.
Sabaguna : Ampun Ki Lurah saya memang telah jatuh cinta dengan anak Ki Lurah
ini.
Kinanthi : Saya juga jatuh cinta sama Kakang Sabaguna ini kok rama.
Sabasekti : Bagaimana Ki Lurah?
Ki
Lurah : (Menarik napas dalam.) Baiklah, sebagai
orangtua aku harus menuruti kemauan anak, selama itu tidak melanggar kebaikan.
Kalau begitu ada baiknya kita bicarakan ini di kelurahan, mari.
Mereka semua berjalan mengirngi Ki Lurah
menuju pendapa kelurahan untuk membicarakan pernikahan Sabaguna dan Kinanthi.
Sekian.
The Best 10 Casino Near Memphis (HotelsCombined)
BalasHapusMemphis, TN. 익산 출장마사지 3131 S. Belvedere Rd, Memphis, TN 47028. United States 아산 출장샵 · Hotels near Harrah's Hotel 창원 출장샵 & 천안 출장마사지 Casino · Ameristar Casino, 태백 출장샵 Memphis, TN · Book Now · 1.